Gemuruh isak mengetuk kembali
Mencaci maki dengan sumpah serapah
Menghantam tajam tanpa peduli arah
Membabi buta benci dengan harap mati

Sepertinya duka jadi penantian paling senang
Sebab luka tidak pernah mengering
Haru di tengah kerumunan
Orang dewasa datang menjadi penonton

Gadis itu,
Kembali merapal doa, dua kali lipat
Berharap genggaman datang menjemput
Naasnya, hanya teriakan ampun yang turut

Sepertinya pulang akan jadi menyeramkan
Sesaat setelah menatap beku berharap teduh
Pada sosok yang di hormati.
Membunuh rasa percaya akan tempat aman

Semoga luka tidak menjadi alasan untuk hidup yang sengaja tak di harap panjang umur

0 Response to "…"

Posting Komentar